Profil

M. Iqbal merupakan Rapper Maluku yang lahir di Malang yang mulai ngerap sejak tahun 2003 di Jogja. Rapper yang menggunakan nama 8ball untuk nama panggungnya ini, sudah terbiasa untuk mendengarkan musik sejak kecil. Bagi 8ball, Hip Hop memiliki daya tarik tersendiri, hingga memilih rap sebagai cara untuk menyampaikan pesannya. Dengan memiliki influence yang beragam, membuat lagu-lagunya menjadi tidak biasa di tambah karakter suara dan click rapping yang kuat. Seperti kebanyakan rapper, 8Ball juga menulis semua liriknya sendiri.

Senin, 14 Maret 2011

Iqbal Mic: what comes, merenungi ke modar an….





Saya tahu kenapa akhir-akhir ini saya sering memikirkan kematian. 3 hari berada di lantai 2 RS PKU ditemani sanak saudara, berkali-kali, kematian menjadi suatu yang mengepung…
Mbak berkerudung yang membawa jarum suntik dan cadangan infus saya juluki pengantar kematian, ia sempat marah waktu saya bilang “yang sakit tangan saya yang diinfus” waktu dia bertanya “gimana bapak Iqbal ada keluhan sakitnya????” sebagai penawarnya, saya menjanjikannya traktiran di kantin (dalam hati, karena saya di awasi 24 jam nonstop sama balgis yang budiman)
ada satu kamar di pangkal koridor, disitu, kematian selalu ditunggu. pintunya dibuat dari kayu meranti berat, berwarna terakota, seram melihatnya karena ada hati yang berat di mata penunggu pasien yang masuk ke sana. Sebab, membuka dan memasukinya berarti berjudi di titik tak bisa kembali dengan ketimpangan peluang yang menguntungkan Sang Bandar….
Entah hanya satu dari tujuh, entah satu dari sebelas mereka yang singgah lebih sering tak kembali…
saya tidak tau kenapa kamar istimewa itu yang dipilih untuk seremoni pemberangkatan/seremoni kedatangan? saya sungguh tak tahu….
Barangkali karena bilik jaga medik berada di sisi depannya, sedangkann elevator tak begitu jauh dari situ. Saya hanya tahu, pemandangan di ambangnya selalu berulang: orang terguguk-guguk, menelepon, pecah menangis dan bicara terbata-bata, kadang merubung, menunduk tersandar pada dinding, berangkulan satu sama lain….
Lalu perawat-perawat berseragam jauh dari sexy itu akan bergegasan tanpa bunyi, ditemani satpam berdiri tanpa ekspresi, mengontak dari radio entah pada siapa. Sebuah benda memanjang akan lewat melintasi selasar.
Terdorong di atas brankar, selimut sudah menutupinya, sempurna.
Orang-orang di lorong akan menepi memberi jalan.
Cuma tersisa putih yang ngungun dari lampu setelah iringan itu masuk pintu lift.
Sepi lagi.
Dan saya merasa seakan kitab di atas pembaringan tak mampu menjawab apapun…
Saya tahu satu waktu saya akan mengalami proses yang sama. Tiap sel di tubuh saya menyimpan ingatan tentang kematian. Tunduk pada hukum-hukum kesementaraan.
Barangkali besok saya akan berbaring-baring di kamar itu, dilibat selang dan melihat pulsa jantung sendiri di layar 5 inci.
Atau mungkin di satu tempat lain saya tiba-tiba tertabrak tronton, atau meledak terkena pelontar granat. Mungkin diabetes membuat satu hari nanti otak saya luluh menjadi manisan jenuh akibat terendam glukosa, atau batu ginjal yang jadi momok saat ini. Apapun jadi. Absurd.
Namun saya tak akan meloncat dari lantai 2 RS PKU.
Kini hanya ada yang absurd ketika saya berpikir: saya dilahirkan bersama satu kepastian untuk mati. 100% keniscayaan.
Sedang hari ini dan juga hari-hari lain mengandung 50 persen peluang bagi saya untuk mati di dalamnya.
Sementara, tak ada setipis apapun peluang bagi saya untuk memahami sebuah kematian: tentang kapan, tentang di mana, tentang mengapa. Tanpa persen. Mutlak….
Kecuali jika saya meloncat keluar dari jendela lantai 2 RS PKU….
Entah mengapa saya merasa seolah kitab di pembaringan tak mampu menjawab apa-apa.,,,
Dan saya merasa Ia, Tuhan, Maha Suka Bercanda…….. (8ball)
Sumber : http://www.facebook.com/notes/iqbal-mic/what-comes-merenungi-ke-modar-an/382217653423

1 komentar: